Kamis, 04 Februari 2010
Kenali Asupan Gizi Pada Anak
ANAK merupakan investasi sumber daya manusia (SDM) yang memerlukan perhatian khusus untuk kecukupan status gizinya sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan.
Zat gizi dari makanan merupakan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan anak tumbuh kembang optimal sehingga dapat mencapai kesehatan yang paripurna (sehat fisik, mental, dan sosialnya).
Karena itu, slogan umum bahwa pencegahan adalah upaya terbaik dan lebih efektif-efisien daripada pengobatan, harus benar-benar dilaksanakan untuk mencegah terjadinya masalah gizi pada anak.
Menjawab kebutuhan tersebut, Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) bersepakat untuk menyusun dan mensosialisasikan suatu pedoman anak sehat yang dikemas dalam paket pesan "10 Tanda Umum Anak Bergizi Baik".
Menurut Dr dr Saptawati Bardosono Msc, untuk mengetahui status gizi dan kesehatan anak secara menyeluruh dapat dilihat mulai dari penampilan umum (berat badan dan tinggi badan), tanda-tanda fisik, motorik, fungsional, emosi dan kognisi anak.
"Berdasarkan pengukuran antropometri, maka anak sehat bertambah umur, bertambah berat, dan tinggi dikaitkan dengan kecukupan asupan makronutrien, kalsium, magnesium, fosfor, vitamin D, yodium, dan seng," kata staf pengajar, korodinator penelitian dan ketua program studi doktor ilmu gizi Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kepada okezone, belum lama ini.
Menurutnya, ciri anak yang bermasalah dengan kurangnya kalsium yang menjadi salah satu pertanda gizi buruk dapat diketahui jelas. Yang paling mendasar dari kekurangan kalsium tersebut ditandai dengan rapuh tulang. Padahal anak masih bisa mencapai masa penulangan yang maksimal dan itu tidak akan dicapai, sehingga tulangnya lebih pendek dan tidak bisa memanjang.
"Kalau dibandingkan dengan negara-negara lain, angka gizi buruk di Indonesia masih tinggi, jadi masih memprihatinkan. Kekurangan gizi itu berdasar perilaku pola hidup tidak sehat. Jadi baik si miskin maupun orang kaya sekali pun dapat mengalami gizi buruk," beber Ketua PDGMI cabang DKI Jakarta dan Sekjen Pengurus Pusat PDGMI saat acara "Program Caravan Nestle Dancow".
Gaya hidup sehat, sambungnya, dapat diterapkan dengan menggunakan bahan makanan lokal. Jadi baik orang yang bahan makanan pokoknya adalah sagu, atau tinggal di tepi pantai, bahkan bila orang tersebut hidup di sentra produksi telur, atau tempe dan tahu sekali pun, maka jangan mengganti dengan nasi.
"Kalau untuk makan nasi harus diperoleh dengan cara membeli, maka dia harus punya pekerjaan. Karena itu, sebetulnya gunakan makanan yang memang ada di sekitar situ jangan sampai impor dari daerah lain, yang akan menyebabkan ketergantungan tinggi," papar dokter berambut pendek ini.
Masalah gizi buruk yang diawali dari gaya hidup tak sehat ternyata juga dipicu dengan enggannya minum susu. Padahal orangtua harus mensosialisasikan susu sebagai menu yang wajib ada dalam bahan makanan sehari-hari.
"Masalahnya orangtua hanya memerhatikan anak pada saat dia bayi sampai satu tahun. Begitu anak sudah masuk satu tahun dan sudah bisa makan sendiri, sudah tidak diperhatikan lagi jumlah, jenis dan jadwal makannya. Sebetulnya kalau anak minum susu sejak bayi (ASI) sampai dua tahun, selanjutnya diteruskan lagi dengan susu formula, bila dibiasakan sejak dini akan mebuat dia merasa susu adalah salah satu bahan makanan yang harus ada dalam hidangannya. Karena itu, tidak ada batasan usia untuk orang minum susu, sampai lansia pun harus minum susu karena susu merupakan sumber terbaik untuk kalsium," jelasnya panjang lebar.
Ditambahkan olehnya, kadar kalsium dalam satu gelas susu lebih tinggi bila diganti dengan bahan makanan lain. Bahan makanan lain baik bayam atau ikan teri berapa kilogram pun, tidak akan mencukupi kadar kalsium yang terkandung dalam susu. Karena dalam susu sudah terkandung asupan protein, kalsium, dan vitamin-vitamin.
Bahkan, lanjut wanita berkacamata ini, meski ada beberapa anak yang rentan terhadap intoleransi lactosa (gula susu), anak tetap harus minum susu.
"Bila dalam kondisi seperti itu tidak bisa sekali diberikan susu dalam jumlah yang banyak. Tapi setiap hari harus sentilisasi agar kepekaaan terhadap susu sedikit demi sedikit diatasi dengan memberikan susu sampai dia sudah bisa minum susu dan tidak ada gejala," imbuhnya.
Tapi, kita juga jangan lantas menggantungkan sumber makanan yang hanya mengandung susu. Karena makanan yang dikonsumsi itu harus beragam. Kalau ada anak yang hanya mengonsumsi susu saja, itu bermasalah. Dan mulai saat itu juga pola makan anak harus diperbaiki.
"Bila sepanjang hidup anak hanya ingin minum susu, maka pola makannya harus diperbaiki. Karena susu itu adalah makanan utama pada waktu anak bayi, setelah 6 bulan pun pelan-pelan sudah diperkenalkan makanan yang padat. Kalau sudah seperti itu, maka orangtua harus bekerja keras untuk memvariasikan jenis makanannya. Karena di susu itu tidak ada serat yang akan membuatnya sulit BAB," pungkasnya.
Jadi, perhatikan betul asupan makanan yang ada dalam menu sehari-hari buah hati Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar